Penurunan kinerja sistem optik atau cacat pada lensa atau cermin dalam hal mengumpulkan dan membawa cahaya yang tidak sempurna ke titik fokus sehingga citra tampak kurang tajam atau bentuknya berubah
Dalam praktik, tidak ada lensa atau cermin yang benar-benar sempurna; tiap permukaan pasti sedikit “melengkung salah” atau membiaskan warna berbeda secara tak seragam. Sejak 1856, fisikawan Ludwig Seidel mengelompokkan cacat-cacat utama itu, dan perhitungan lebih modern memakai polinomial Zernike untuk menilai seberapa besar penyimpangan gelombang cahaya. Insinyur optik kini memakai kaca khusus, susunan multi-elemen, atau cermin adaptif yang bisa “ditekuk” ribuan kali per detik—seperti pada teleskop ruang angkasa JWST—untuk menekan aberasi mendekati batas difraksi (ketajaman maksimum teori). Pada tingkat hobi, kolimasi salah atau lensa murah sering memunculkan aberasi yang terlihat sebagai bintang lonjong, warna ungu di tepi Bulan, atau gambar pinggir yang melengkung. Memahami aberasi optik membantu pengguna memilih teleskop atau kamera yang sesuai dan mengetahui cara memperbaikinya agar hasil pengamatan tetap tajam.